Diplomasi Radikal
Sebuah cahaya menembus langit mengapai Dunia. Lautan semu bergelombang menekan badai kehidupan. Jeritan rakyat menembus jiwa manusia. Sahutan ayam di pagi hari membangkitkan semangat sang pembela. Pikiran semu melayang diatas alam kehidupan yang layak. Kehidupan manusia selalu berada diantara rintihan kesedihan dan kebahagiaan.
Layakkah kehidupan yang sedang kita jalani ini, dimana realitas dan rasionalitas kita dalam memahami hidup?. Apakah manusia harus selalu berada diantara hawa nafsu dan dosa?, dimana nilai-nilai kesucian yang kita anggap ketinggalan Zaman!. Pernahkah kita memahami sebuah kebaikan yang layak diberikan untuk diri kita?!, atau hanya kenikmatan-kenikmatan semu yang merusak dan menghancurkan. Coba Renungi?!.
Seperti hari ini anak-anak tongkrongan Daud selalu berusaha dan terus berjuang melawan hawa nafsu, serta menghindari dosa. Hal tersebut merupakan kewajiban dan tanggung jawab atas kesadaran mereka sebagai seorang hamba Tuhan. Sebab keimanan itu merupakan modal dasar anak-anak tongkrongan Daud dalam memperjuangkan segala bentuk keadilan dan kebenaran.
Kabar burung yang beredar di warung kang Daud, katanya akan ada tamu istimewa yang bakalan datang. Mereka adalah Presiden BEM dari kampus-kampus disekitar Kota tempat Gotapi nongkrong bersama teman-temannya. Gotapi juga bingung entah kenapa manusia-manusia yang mempunyai idealisme-idealisme paling tinggi se-Indonesia ini mau mampir di kedai kopi tongkrongan Daud. Gotapi Cuma mengira mungkin ini akibat promosi para maniak tongkrongan Daud di sebuah media cetak, yang mengatakan bahwa mereka terlibat di dalam beberapa aksi pembelaan rakyat dari para penguasa yang tidak adil dan berbuat sewenang-wenang.
Akibatnya nama tongkrongan Daud menjadi terkenal di kota, dan badan Eksekutif Mahasiswa yang selalu peka hanya pada masalah–masalah yang sifatnya Nasional itu kebetulan membaca masalah penggusuran yang dimotori oleh beberapa Mahasiswa yang sering nongkrong di warung Kopi. Kemudian BEM tertarik untuk berdialog dengan anak tongkrongan Daud.
Itulah sebabnya hari itu Gotapi terburu-buru beranjak menuju warung kang Daud untuk memastikan kabar burung dari Achongs itu. Ketika sampai di warung kang Daud ternyata prediksi Achongs sangat tepat, beberapa orang yang dari BEM sudah hadir dengan mengenakan jas kebesaran kampus mereka. Gotapi pun langsung menghampiri mereka.
Saat itu dialog antara BEM dengan anak-anak tongkrongan Daud tengah di mulai, Gotapi pun langsung berkenalan dengan ketua BEM tersebut.
“Kenalkan saya Gotapi!,” ucap Gotapi sambil tersenyum.
Kemudian mereka pun satu-persatu memperkenalkan diri dan menyebut nama mereka. Setelah itu pembicaraan pun dilanjutkan.
“Jadi begini teman-teman tongkrongan Daud seperti yang saya katakan tadi. Bahwa kami semua dari BEM sangat kaget dan tidak menyangka ada sebuah pergerakan Mahasiswa diluar kampus yang tidak terditeksi oleh kita. Apalagi pergerakan tersebut telah banyak berbuat untuk rakyat, seperti “Penggusuran” itu merupakan hal yang tidak pernah kami perdulikan selama ini, tetapi setelah kami membaca berita-berita tersebut di koran kami baru sadar bahwa itu merupakan salah satu bentuk kesewenang-wenangan Rezim ini. Temen-temen BEM mengucapkan simpati atas perjuangan yang telah kalian lakukan, apalagi berita yang kami dengar tongkrongan Daud ini telah berhasil mempecundangi Bapak Walikota di Pengadilan!,” ucap salah seorang ketua BEM yang hadir di situ.
Para tongkrongan Daud pun hanya bisa tersenyum bangga melihat pemaparan pembicara BEM tersebut.
Kemudian Achongs pun mencoba menjelaskan asumsi para ketua BEM tersebut.
“Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Badan Eksekutif Mahasiswa yang telah menyempatkan waktunya untuk hadir di kedai Kopi yang telah menjadi pangkalan nongkrong kami. Sebenarnya kami menganggap tindakan-tindakan kami itu tidaklah perlu di istimewakan, sebab kami hanya membela kepentingan dan keadilan untuk rakyat. Khususnya rakyat kecil yang miskin dan hidupnya selalu menderita. Dan kami bukanlah sebuah pergerakan atau apalah yang sifatnya ideologis, kami hanya sekumpulan orang yang kebetulan seorang Mahasiswa yang selalu dan sering sekali melihat, mendengar dan merasakan realitas kehidupan rakyat yang sebenarnya. Kemudian kenapa aktivitas kita bisa menjadi head line di beberapa surat kabar, sebab teman kita Gotapi ini pernah memenangkan juara favorite Makalah Sumpah Pemuda. Memiliki relasi yang cukup banyak dari kalangan Wartawan, TV, dan beberapa LSM. Jaringan inilah yang sangat kami optimalkan di dalam aksi-aksi kami!,” ucap Achongs menjelaskan dengan bahasa yang lugas dan jelas.
“Oh iya “Gotapi”...saya tahu, kamukan yang mengeritik Pemerintah dalam acara Makalah Sumpah Pemuda kan. Hal itu juga saya tidak menyangka kok ada orang yang nekat dan berani seperti anda, sebenarnya saat itu saya ingin bertemu anda untuk mengucapkan selamat tetapi karena jadwal saya cukup padat hari itu, jadi saya tidak sempat!,” ucap salah seorang ketua BEM yang hadir di situ.
Gotapi pun hanya tersenyum mendengar komentar dari salah seorang ketua BEM tersebut. dan para ketua BEM lain mengakui bahwa mereka tidak menyangka tindakan Gotapi tersebut, sebab mereka juga hadir dalam acara tersebut. dan hal itu membuat para ketua BEM yakin bahwa pergerakan anak tongkrongan Daud murni dari hati mereka dan langkah–langkah mereka membuat para ketua BEM terkesan.
Kemudian juru bicara ketua BEM tersebut melanjutkan maksudnya.
“Sebenarnnya kami para Presiden BEM di kota ini, sedang mengadakan evaluasi dan introspeksi diri dari pergerakan BEM selama ini. Karena itu kami kemari untuk meminta masukan-masukan yang dapat mengefektifkan dan mengoptimalkan aksi moral BEM di kota ini. Strategi pergerakan dan ide-ide baru amat sangat kami harapkan!,” ucap salah seorang Presiden BEM jelas.
Anak-anak tongkrongan Daud mendengar hal itu langsung terdiam, sebab mereka enggak punya persiapan untuk menjawab pertanyaan–pertanyaan para ketua BEM. Akhirnya Gotapi berucap.
“Kalau temen-temen BEM menanyakan hal-hal tersebut terus terang kami bukan lah orang yang pantas untuk menjawab persoalan-persoalan seperti itu. Tetapi teman-teman BEM lah yang paling mampu menjawabnya sendiri, sebab yang paling tau keadaan BEM sebenarnya, yah teman-teman BEM sendiri. Kami mungkin hanya tau BEM dari luar tetapi kami tidak tau dalamnya seperti apa?. Kesimpulannya kami belum mampu dan tidak mampu mengevaluasi BEM dalam lingkup kelemahan, kekuatan, peluang dan ancamannya. Tetapi kalau untuk ide-ide baru saya punya strategi baru yang cukup menarik untuk dibicarakan dan dicoba!,” ucap Gotapi tenang dan berwibawa.
“Baik-baik...kalau boleh kami ingin mendengar ide-ide baru tersebut!,” jawab salah seorang ketua BEM.
“Tetapi ide tersebut adalah hasil pemikiran saya yang cukup aneh dan nekat, karenanya tidak sembarang orang yang dapat melakukannya. Ini hanya mampu dia lakukan oleh orang yang tepat dan dalam waktu yang tepat pula, dan menurut saya kalian merupakan salah satu dari orang yang tepat tersebut. kalau di analogikan sebuah jalan, jalan ada yang terang dan gelap. Nah pemikiran saya ini jalanya remang-remang dan sempit, karena itu agak rumit dan harus hati-hati. Tetapi apa-bila berhasil, manfaatnya cukup besar buat rakyat. Saya menyebut ide ini “Diplomasi Radikal”, dan kalau kalian bisa memahami ini kalian akan mengetahui di wilayah mana sih tempat anak-anak tongkrongan Daud beraksi!,” ucap Gotapi expresif.
“Apakah itu..., apa bisa di jelaskan!,” sahut seorang ketua BEM.
Dan seluruh ketua BEM yang lain pun penasaran ingin tau konsep yang di tawarkan Gotapi.
“Baik kalau kalian ingin menerima tantangan saya ini, saya tidak akan menjelaskan konsep ini secara mendetail. Tetapi kita harus praktek langsung dilapangan karena itu para ketua BEM harus mengikuti setiap petunjuk yang akan saya berikan!,” ucap Gotapi kembali menjelaskan konsepnya itu.
Kemudian para ketua BEM pun berdiskusi sebentar, kemudian setelah selesai juru bicara mereka pun langsung berkata.
“Baik kami semua setuju, dan akan mengikuti segala petunjuk saudara Gotapi. Sekarang apa yang harus kami lakukan!,” ucap juru bicara dari BEM.
“Oke!, Petunjuk pertama. Besok pagi para ketua BEM bersama-sama kami kita menuju kantor Walikota di Kota sebelah selatan. Saya dengar dari Wartawan Bapak Walikota sangat sering sekali melakukan korupsi dan penyuapan. Saya hanya meminta kepada temen-temen BEM untuk berdialog secara langsung dan tertutup dengan bapak Wali, dan saya hanya meminta anda untuk menuntut hak-hak rakyat dan pertanggung jawabannya atas penderitaan dan penderitaan yang di alami rakyat!,” ucap Gotapi menjelaskan langkah awal konsep “Diplomasi Radikal”.
“Baik kalau begitu kami semua siap melakukannya!,” jawab juru bicara BEM.
Dan akhirnya dialog antara para ketua BEM dan anak-anak tongkrongan Daud pun selesai dengan suatu kesepakatan bahwa mereka akan mencoba sebuah strategi baru Gotapi yaitu “Diplomasi Radikal”.
***
Awan putih menari berseri. Angkasa biru tak berbunyi. Mengayunkan sekecup udara pagi. Hati pun sejuk tak terkendali saat cahaya langit menembus kalbu. Matahari pun bersinar lagi menghangatkan jiwa yang layu. Burung-burung pun bermain-main dalam hamparan langit di Angkasa, memberikan gambaran baru kokohkan Bumi tuk berpijak.
Jiwa manusia pun bergelora di dalam lautan kehidupan Duniawi, bertarung diantara resapan merah putih yang suci dan berani. Dan hari itu pun Gotapi bersama para ketua BEM berangkat menuju kantor Walikota yang penuh dengan kemunafikan dan kehinaan. Sedikit mencoba menerangi gelapnya hati manusia.
Selain para ketua BEM, yang ikut berangkat untuk bertemu Bapak Walikota dari kalangan tongkrongan Daud cuma Gotapi dan Jawax, sedangkan yang lain tidak bisa. Tetapi mereka berjanji untuk datang ke warung kang Daud petang nanti.
Dan akhirnya para ketua BEM telah di tempat yang dituju, mereka pun langsung bernegosiasi dengan Ajudan Walikota untuk merealisasikan rencana yang sudah di buat. Akhirnya para ketua BEM berhasil bernegosissi agar Bapak Walikota mau berdialog langsung dengan mereka.
Mereka pun, dipersilahkan masuk ke dalam ruang kerja Bapak Walikota.
“Silahkan duduk!,” ucap bapak Walikota kepada Gotapi, Jawax dan para ketua BEM.
“Ngomong-ngomong ada perlu apa nih, tumben sekali para ketua BEM ingin berdialog langsung dengan saya!,” ucap Bapak Walikota keheranan.
“Sebenarnya kami semua ingin bernegosiasi dengan Bapak tentang ketidakadilan yang telah di lakukan Pemerintah kepada rakyatnya. Kami meminta agar Bapak bertanggung jawab atas kesengsaraan dan penderitaan yang dialami oleh masyarakat yang Bapak Pimpin!,” ucap salah seorang ketua BEM.
“Dan kami meminta pertanggungjawaban baik secara moral maupun materil!,” tambah Jawax berkomentar tegas pada Bapak Walikota.
“Tenang-tenang ini permasalahannya apa, saya pasti akan bertanggung jawab!,” ucap Bapak Walikota Menenangkan.
Kemudian para ketua BEM pun membeberkan seluruh kesalahan-kesalahan dan borok-borok yang ada di Pemerintahan, hal tersebut membuat Bapak Walikota mampu mengelak lagi. Penyuapan-penyuapan dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Pemerintahan seluruhnya terbuka secara gamblang.
“Sekarang Bapak mau bicara apa, semuanya sudah jelas bukti di lapangan menyebutkan ini merupakan suatu pelanggaran atas kesewenang-wenangan Pemerintah terhadap rakyat!,” ucap seorang ketua BEM menjelaskan.
“Dan kami pun akan membeberkan ini semua dihadapan Perss, apabila Bapak tidak mau bertanggungjawab dan berubah!,” tambah Jawax dengan tegas.
Bapak Walikota pun hanya diam tampa komentar, dan akhirnya dia pun mencoba tuk berbicara.
“Kalau ini merupakan sebuah negosiasi bolehkah saya mengajukan usulan. Sebenarnya saya mempunyai keinginan untuk memberikan bantuan beasiswa kepada seluruh aktifis BEM di Kota ini!,” ucap Bapak Walikota kepada seluruh aktifis BEM yang hadir.
“Kira-kira...nilainya berapa Pak?!,” tanya Gotapi to the point.
“Yah...sekitar tiga ratus juta rupiah, say kira ini cukup untuk biaya kuliah kalian hingga wisuda. Bahkan kalian bisa memberikan beasiswa kepada beberapa teman-teman kalian yang tidak mampu membayar uang kuliah!,” ucap Bapak Walikota tenang.
“Tetapi kalau ingin di bagi-bagi diantara kalian itu terserah temen-temen BEM. Tapi hal ini harus dirahasiakan agar tidak ada fitnah-fitnah yang dapat menjatuhkan reputasi diantara kita, dan satu lagi saya minta tuntutan anda tadi untuk sementara ditunda dulu dan tidak perlu dibicarakan di depan Publik!,” ucap Bapak Walikota meyakinkan para ketua BEM.
Mendengar ucapan Bapak Walikota tersebut Gotapi langsung bertanya.
“Apakah uangnya, bisa cash saat ini juga?,” tanya Gotapi jelas.
“Bisa, uangnya bisa saya sediakan detik ini juga!,” jawab Bapak Walikota.
“Bagaimana setuju!, ini kan hanya dana bantuan bagi para mahasiswa yang tidak mengikat!,” ucap Bapak Walikota meyakinkan.
Para ketua BEM pun mulai ragu-ragu mau menerima beasiswa dari Bapak Walikota. Kemudian satu-persatu dari mereka mulai menatap kepada Gotapi. Gotapi yang dilihatin seperti itu hanya bisa berucap.
“Terserah kali ini terserah kalian, apapun keputusan kalia pertanggungjawabkan sendiri. Saya tidak ikut bertanggung jawab!,” ucap Gotapi tenang mencoba membangkitkan kedewasaan para ketua BEM dalam berjuang untuk rakyat.
Setelah berfikir lama para ketua BEM pun bermaksud menerima usulan Bapak Walikota tersebut, sebab mereka merasa tidak perlu lagi menyusahkan orang tua didalam membayar uang kuliah dan biaya hidup seperti kost, makan dan lain-lain. Walaupun itu uang haram!. Sedangkan untuk rakyat lain waktu kan bisa, jadi tidak masalah untuk membahagiakan orang tua lebih dahulu sebelum rakyat.
Dan hari itu juga para ketua BEM menerima bantuan pendidikan dari Bapak Walikota, Gotapi hanya tersenyum sedih melihat kualitas mental para pejuang Bangsa yang tertunduk terhadap uang dan materalisme. Tetapi Gotapi tidak mau mengungkapkannya sebab ia memiliki rencana lain. Hanya Jawax saja yang dalam hatinya dipenuhi dengan konflik-konflik yang sangat tidak realistis, dia merasa ada yang salah dalam hal ini, tetapi dia tidak tau kesalahannya itu di mana?!.
Akhirnya para ketua BEM, Gotapi, dan Jawax sepakat untuk kembali ke warung kang Daud. Sebab mereka sudah janji pada anak-anak tongkrongan Daud lain.
Akhirnya mereka pun pulang dengan membawa uang sebesar Rp 300 juta Rupiah...cash!.
***
Di warung kang Daud suasana tetap tenang dan sejuk. Angin bertiup sepoi-sepoi diantara langit biru yang cerah. Beberapa anak tongkrongan Daud pun sedang asik berbicara tentang hidup dan kehidupan yang penuh dengan kerusakan di seluruh lapisan masyarakat.
“Menurut loe...Bangsa ini kapan bangkitnya?,” tanya Achongs pada Deni.
“Kalau menurut gua kayaknya Negeri ini susah majunya, Pemerintahnya saja belum mampu memotivasi rakyatnya untuk bangkit. Usaha-usaha untuk merubah nasib rakyat pun tidak ada malah berbuat sewenang-wenang untuk kepentingan diri sendiri!,” jawab Deni tanpa sungkan.
“Walaupun Pemerintahnya tidak becus tetapi kalau rakyatnya cerdas, gua yakin Bangsa ini tidak akan hancur seperti sekarang ini. Sebab saat ini bukan hanya Pemerintahnya yang mampu membohongi rakyatnya tetapi memang rakyat Indonesia ini bodoh-bodoh!,” balas Achongs gak mau kalah.
“Sebenarnya rakyat Indonesia ini bodoh akibat perbuatan Pemerintah juga!,” ucap Deni mengoper kembali bola pembicaraan pada Achongs.
“Memang sih, kadang-kadang rakyat Indonesia ini dibodohi oleh uang dan kekuasaan. Dengan dua hal tersebut rakyat Indonesia ini cenderung tidak dapat berbuat apa-apa, mau uang itu halal atau haram tetapi kalau udah ada di hadapan mereka. Pasti matanya pada “Ijo” memang Negara Indonesia ini merupakan Bangsa yang matre?!,” ucap Achongs melepaskan tendangan bebas ke arah kiper.
Mendengar ucapan Achongs tersebut...memancing jiwa seni Kojay untuk keluar dari sarangnya. Dan nyanyian R&B pun mengiang-ngian dari mulut Kojay.
“Bangsa Matre Bangsa Matre, Kelaut Aje Kelaut Aje. Rakyat Matre Rakyat Matre, Mata Loe Selalu Ijo!.
Bangsa Matre Bangsa Matre, Kelaut Aja Ke laut Aje. Rakyat Matre Rakyat Matre Aha Aha Aha...!,” ucap Kojay menyanyi gaya Iwa-K.
Dan anak-anak tongkrongan Daud yang lagi pada santai sambil ngopi dan ngerokok, semuanya tertawa melihat tingkah laku Kojay yang selalu aneh itu. Mungkin ini udah sampai tingkatan Bocor, sebab dalam tongkrongan Daud orang aneh itu ada tingkatannya. Tingkatan pertama yaitu Konslet tingkatan kedua Pegat dan tingkatan yang paling parah disebut Bocor, dan si Kojay dia udah menguasai “Ilmu Orang Aneh Tingkat Tinggi” bisa dibilang dia adalah Masternya di tongkrongan Daud. Karena itu wajar kalau anak-anak hanya tersenyum melihat tingkahnya sebab dia memang udah tidak memiliki urat malu lagi.
“Udah Jay, salut-salut elo memang suhu kalau soal beginian!,” ucap Achongs salut.
Anak-anak tongkrongan Daud, seperti Kubil, Achongs, Deni dan Menyeng pada ketawa riang, itulah hal yang kadang-kadang sering terjadi disela-sela diskusi anak tongkrongan Daud. Belum ketawa mereka selesai Gotapi, Jawax dan Para ketua BEM pun bermunculan di warung kang Daud.
“Eh Gotapi, gua kira setan datang begitu tiba-tiba. Ngagetin gua aja untung gua gak jantungan!,” sahut Achongs terkaget-kaget ngeliat Gotapi.
Kemudian suara pun muncul dari mulut Gotapi.
“Asshalamualaikum...!,” suara Gotapi nyaring-nyaring sendu.
“Sorry terlambat salamnya, soalnya gua capek banget nih!. Kang Daud kopinya satu dong, cepetan soalnya udah gak tahan nih!,” ucap Gotapi.
“Kang Daud saya juga sama!,” ucap Jawax bete.
“Eh temen-temen BEM mau ngopi kalau mau pesen aja sendiri!,” ucap Achongs menyapa para ketua BEM.
Langit pun mulai redup tanda sore telah tiba. Angin bertiup Bumi berputar tetap pada porosnya. Bayang-bayang manusia mulai hilang diatas tanah. Adzan pun berkumandang tanda Ashar telah tiba anak-anak tongkrongan Daud dan para ketua BEM langsung bergerak menuju rumah Tuhan untuk menenangkan diri didalam kucuran Ilahi.
Setelah melaporkan diri pada sang Khalik!. para tongkrongan Daud pun kembali bersantai-santai ria di warung kang Daud. Anak-anak tongkrongan Daud yang tidak ikut ke Balaikota jadi penasaran pengentau kejadian di kantor Walikota. Sementara Jawax yang duduk di warung malah diem aja sambil ngopi dan ngerokok.
“Jaw gimana sukses gak acaranya!,” tanya Deni penasaran.
“Yah begitulah!,” jawab Jawax.
“maksud loe gimana, ceritanya yang bener dong!,” ucap Achongs mendesak.
Dan Akhirnya Jawax pun tidak dapat menahan ge-olak yang ada didalam hatinya untuk meceritakan setiap kejadian dikantor Walikota tersebut. anak-anak yang mendengar kejadian itu terkaget-keget dan tidak percaya ucapan Jawax. Tetapi Jawax terus meyakinkan Achongs dan yang lain, bahwa itulah yang sebenarnya terjadi di kantor Walikota.
“Sekali lagi gua tanya sama loe Jaw, apakah ucapan loe tadi bener-bener terjadi atau cuma rekayasa loe doang! agar kita-kita pada sport jantung!,” ucap Achongs berang.
“Sumpah Chongs gua gak bohong, itu memang terjadi. Anak-anak BEM memang menerima uang Rp300 juta tunai, untuk beasiswa kuliah. Kalau gak percaya lihat aja tas yang dipakai pembicara BEM itu, uangnya semua ada di tas itu!,” ucap Jawax meyakinkan.
Dan setelah beberapa saat Jawax mengeluarkan unek-uneknya, Gotapi dan para ketua BEM pun berdatangan dari Masjid Raya. Achongs pun langsung memanggil para ketua BEM.
“Gotapi sini duduk, para ketua BEM mari berkumpul ada hal yang harus kita bicarakan!,” ucap Achongs berusaha sabar.
“Ada apa Chongs!,” tanya Gotapi pada Achongs sambil duduk dan melanjutkan ngopinya.
“Enggak, ada hal yang harus gua omongin sama temen-temen BEM kita!,” ucap Achongs sambil mempersilahkan mereka duduk di meja makan.
Deni pun langsung angkat suara.
“Temen-temen BEM saya minta anda menjawab satu pertanyaan saya?!,” ucap Deni dengan tenang dan berwibawa.
Kemudian melanjutkan ucapannya.
“Apakah temen-temen BEM mendapatkan suap dari Bapak Walikota sebesar tiga ratus juta rupiah?!,” tanya Deni menekan.
Kemudian salah seorang Mahasiswa pun menjawab.
“Kami memang mendapat uang Rp300 Rupiah tapi itu untuk beasiswa, bukan suap!,” ucap seorang ketua BEM.
Lalu Deni menjelaskan akibat yang akan terjadi dari tindakan sembrono para ketua BEM.
“Apa bedanya?, kalau itu kalian terima ketika kalian mengadakan tuntutan untuk rakyat!. Mau bagaimana pun disebut suap. Walaupun Bapak Walikota berdalih dengan mengatakan ini untuk beasiswa. Itu adalah cara dia agar kalian menerima uang haram tersebutdan secara tak sadar kalian sudah menjadi budak-budak mereka. Akhirnya perjuangan kalian hanyalah untuk memperoleh uang dan harta, bukan untuk rakyat Indonesia yang miskin ini!.
Coba kalian bayangkan, jutaan rakyat Indonesia menumpukan harapan kepada kalian atas nasib dan penderitaan yang mereka alami. Apakah kalian rela mengganti dan melupakan kepercayaan, serta harapan rakyat hanya dengan uang sebesar tiga ratus juta!. Apa kalian hanya tunduk hanya pada hawa nafsu dan matrealisme yang kotor dan hina, coba renungi kalau kalian adalah Mahasiswa yang beraksi untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Harusnya kalian menjaga kesucian diri agar aksi-aksi kalian tidak mudah dikalahkan oleh uang dan kekuasaan.
Kalau kalian hanya mementingkan diri sendiri, maka selamanya gerakan mahasiswa akan selalu salah jalan dan tidak akan pernah berhasil seperti yang kalian harapkan. Karena itu, rakyat haruslah mendapat prioritas utama dari pada kepentingan Pribadi, dan hal ini harus lah kalian pahami berjuang untuk rakyat itu tidak mudah. Selama ini kalian mungkin hanya bisa teriak, Demonstrasi, Memaki, dan Menghina agar pemerintah mau berubah. Tapi tidak semudah itu, untuk sebuah perubahan.
Buktinya saat ini kalian tidak berdaya menghadapi mereka. Dengan uang, tipu daya dan kecerdikan mereka para Koruptor dengan mudah mematikan gerakan-gerakan Mahasiswa. Apakah selembek itu mental kalian dalam memperjuangkan rakyat, coba renungi! apakah hanya uang yang ada dalam pikiran kalian, apakah kalian kuliah di Universitas hanya karena materi. Bukan untuk mengabdikan diri pada Rakyat, Bangsa dan Tanah Air.
Tiga ratus juta rupiah yang kalian pegang hari ini, akan menjadi bumerang yang dapat menghancurkan kalian esok hari. Mau taruh dimana muka kalian di hadapan rakyat seberapa besar rasa malu kalian ketika kalian melihat rakyat kecil yang ditindas oleh Penguasa yang dzalim. Apakah kalian akan selalu menipu diri kalian sendiri selama-lamanya hingga kalian mati, hanya kalian menerima uang haram itu kesucian yang seharusnya kalian jaga, malah kotor dan berdebu. Akhirnya dari pada kotor sedikit mendingan mandi lumpur sekalian, maka jadilah kalian seperti mereka para Penjahat, Setan-setan rakyat yang haus akan uang dan kekuasaan. Koruptor itu mirip Vampir, kalau digigit Vampir orang bisa jadi vampire juga, sama dengan Koruptor kalau orang lain menerima suap, maka orang tersebut bisa jadi Koruptor juga.
Hari ini kalian menerima suap suatu saat nanti kalian bisa jadi Koruptor beneran. Dan seorang Vampir atau Koruptor susah jadi manusia lagi. Kecuali uang yang pernah diterima dari hasil suap tersebut di kembalikan pada rakyat dan Negara.
Coba fikirkan dengan fikiran jernih, apakah ucapan saya ini salah. Apakah kalian merasa benar dengan tindakan kalian tersebut. sejujurnya saat ini kami memarahi temen-temen BEM karena kami sangat menyayangi dan bangga terhadap temen-temen, sesungguhnya hidup ini bukanlah mencari materi. Tetapi bagaimana dengan materi kita sejahterakan orang lain!,” ucap Deni sangat panjang lebar dan dalam.
Membuat seluruh anak-anak BEM tertunduk diam tanpa sanggup mengucapkan kata-kata, bahkan untuk mengangkat Wajahnya pun mereka tidak mampu karena malu kesalahan yang telah di perbuat.
Lautan kesedihan membanjiri setiap jiwa yang kelam. Derita manusia membuat organ nafsu tak terkendali. Tatapan hati menembus segala kesalahan Manusia bangkit di atas nilai kesucian dan kebaikan.
Langkah kaki manusia terbang diatas langit kehidupan, menyusuri segala hayalan dan angan. Meluruskan setiap keadaan yang tak layak, menenangkan hati, memancarkan cahaya kebenaran yang menyelubungi kalbu jiwa yang terkoyak.
Tak seorang pun teman-teman dari BEM yang wajahnya tertuduk, bahkan beberapa ada yang menangis mengingat dosa-dosa kepada rakyat.
Gotapi yang melihat dan memperhatikan kondisi yang terjadi hanya bisa tersenyum tanpa mau mengucapkan kata-kata.
Tetapi akhirnya Gotapi pun berucap.
“Sorry, tas yang berisi uang tiga ratus juta rupiah mana?, tolong bawa kesini?!,” ucap Gotapi kepada salah seorang ketua BEM.
Kemudian tas itu diambil dan diberikan pada Gotapi. Angin pun bertiup kencang sore itu di warung kang Daud, daun-daun berjatuhan kertas-kertas berterba-ngan tak beraturan, membuat suasana sore itu semakin dingin. Setelah tas itu di terima kemudian Gotapi mengeluarkan seluruh isinya diatas meja, maka seketika itu terlihat lah tumpukan uang yang jumlahnya sekitar tiga ratus juta rupiah.
Kemudian Gotapi mengambil selembar uang seratus ribuan dari tumpukan uang tersebut. Dan di saat yang bersamaan tangan sebelahnya menyalakan Jippo, dan berlahan-lahan membiarkan api tersebut membakar uang seratus ribu rupiah tersebut sambil berucap kepada seluruh makhluk hidup yang hadir di warung kang Daud.
“Teman-teman coba lihat?, uang ini hanya lah kertas yang dapat musnah bila dibakar. Uang ini bukan lah sesuatu yang abadi, tetapi kenapa justru uang ini yang banyak disembah manusia?, kenapa justru uang ini yang selalu ada dalam pikiran kita setiap saat, dan setiap detik. Bahkan uang telah menjadi tujuan hidup kita, sekali lagi perhatikan uang ini tidak abadi, uang ini dapat musnah, sebab masih ada yang lebih abadi yaitu ”Allah”. Tuhan yang menciptakan kita, yang selalu memenuhi kebutuhan kita, lalu kenapa kita selalu mengatakan uang adalah SEGALA-GALANYA!, dengan uang kita dapat mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, pada hal kita memahami dan sadar bahwa segala sesuatu itu dapat kita miliki karena adalah anugrah Tuhan kita, karena curahan rahmatNya bukan karena uang yang kita miliki.
Temen-temen coba fikirkan, apa untungnya kalau hidup kita hanya di gunakan untuk kepentingan hawa nafsu dan berbuat dosa. Sedangkan kita sadar bahwa hidup itu bukan hanya di Dunia, setelah kita mati masih ada kehidupan lain yang harus kita lewati. Dan apa yang kita lakukan di Dunia akan menjadi bekal untuk kehidupan lain yang lebih kekal dan abadi.
Karena itu, kalau kita adalah orang-orang yang beriman maka beriman lah kepada Allah bukan kepada Setan atau Hawa Nafsu. Sadari bahwa perjuangan dan kesucian yang kita jaga akan bermanfaat bukan hanya untuk kehidupan kita tetapi juga di Akhirat. Jangan sampai matrealisme menghancurkan kita semua!.
Sekali lagi coba pahami, uang bukanlah segala-galanya. Karena itu, dalam perjuangan ini jangan mudah di tipu oleh daya tarik kekayaan dan harta benda. Uang adalah alat untuk mencapai kebaikan bukan tujuan. Ingat itu!,” ucap Gotapi dalam perenungannya dihadapan para ketua BEM untuk menyadarkan bahwa tumpukan uang yang ada di hadapan mereka adalah sesuatu yang dapat menghancurkan hidup mereka!.
Proses pemahaman dan penyadaran pun berujung pangkal pada proses pencerahan, untuk seluruh ketua BEM yang hadir di situ. Akhirnya salah seorang ketua BEM pun ada yang mau bicara.
Dengan nada suara yang terbatah-batah dan ragu dia pun berucap.
“Terus terang kami sangat menyesal dengan kejadian ini, dan kami akan menjadikan ini sebagai pelajaran berharga yang tidak akan kami lupakan selama-lamanya. Dan uang tersebut akan kami kembalikan kepada Bapak Walikota!,” ucap salah seorang ketua BEM yang sering menjadi juru bicara dari BEM dengan sedih dan menyesal.
“Oke, sebenarnya saat ini saya ingin menjelaskan konsep “Diplomasi Radikal” yang pernah saya tawarkan kepada teman-teman. Dan detik ini adalah waktu yang tepat untuk menjalankan konsep itu, caranya yaitu dengan suap yang di berikan Bapak Walikota ini kita dapat membuat bapak Walikota tobat dan sadar atas perbuatannya!,” ucap Gotapi expresif dan meyakinkan.
Kemudian Gotapi menjelaskan dengan detail kepada seluruh ketua BEM dan anak-anak tongkrongan Daud. Mereka sempet kaget, setelah mendengar konsep diplomasi radikal tersebut, sebab sangat tidak teoritis dan tidak rasional. Konsep hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang nekat dan tidak waras, sebab kalau orang normal dan waras dijamin tidak akan melakukan konsep “Diplomasi Radikal” yang Gotapi tawarkan.
***
Keesokan harinya langit tetap biru awan tetap putih. Matahari pun tetap terbit dari timur. Kokok suara Ayam dan kicauwan Burung tetap membuat indah hari itu. Ramainya manusia yang hilir mudik, para penjual koran dan pedagang lainnya, serta halulalang Mobil, Motor, Angkot, dan Bus sangat mewarnai aktifitas manusia di hari itu.
Begitu juga Gotapi, anak-anak tongkrongan Daud dan seluruh ketua BEM sedang asik begerak menuju kantor Walikota yang telah menyuap mereka.
Hari ini mereka mencoba membuat Bapak Walikota sadar dan jera atas perbuatannya yang sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Dan seperti hari-hari sebelumnya mereka pun dipersilahkan masuk ke kantor Walikota, untuk bertemu langsung Bapak Walikota.
“Silahkan duduk ngomong-ngomong ada apalagi nih. Apa uangnya kurang cukup!,” ucap Bapak Walikota dengan nada ceria dan bahagia.
Lalu Gotapi pun bersuara.
“Bapak Walikota yang saya hormati, kami hari ini kemari ingin menyampaikan kepada Bapak bahwa seluruh BEM sepakat akan membeberkan penyuapan Bapak kepada kami di hadapan publik. Baik Koran, Radio, atau pun Televisi, sore in juga kami akan menghubungi seluruh wartawan dari media cetak atau pun elektronik.
Biar seluruh rakyat tau bahwa Pemimpin mereka tidak becus dan suaka korupsi. Dan tidak lama lagi massa dari rakyat akan berdatangan kemari untuk menurunkan Bapak dari tampuk kepemimpinan di Kota ini. Dan bukan hanya itu nama baik Bapak pun akan rusak, kotor, dan tercoreng di mata masyarakat. Mungkin saat ini Bapak adalah orang yang disegani dan dihormati oleh masyarakat, tetapi setelah ini Bapak adalah orang yang paling di benci dan dihinakan oleh rakyat.
Dan saya jelaskan hal ini terjadi akibat perbuatan Bapak sendiri karena telah menghianati rakyat dan mencoba mematikan gerakan mahasiswa. Jadi siap-siap lah menemui kehancuran!,” ucap Gotapi dengan lantang dan tegap.
Dan hal tersebut membuat Bapak Walikota jadi ciut dan ketakutan. Dengan suara yang terbatah-batah karena tegang. Dan keringat pun mulai keluar dari sekujur badan seperti abis lari dua kilo, Pak Wali pun bersuara.
“Buu-bukan maksud Sa-saya seperti I-itu!,” ucap Bapak Walikota amat sangat ketakutan, hampir tak sanggup berucap.
“Tetapi bagi kami tetap itu adalah penyuapan, de-gan bukti yang kami pegang ini Bapak harus mempertanggungjawabkan diri di hadapan publik!,” ucap salah seorang ketua BEM dengan nada emosional.
“Tapi tolong saya Dik, jangan sampai nama baik saya hancur!,” ucap Pak Walikota dengan expresi memohon.
“Bapak Walikota yang menghancurkan nama baik Bapak sendiri bukan kami. Kenapa Bapak menghianati rakyat?, menggunakan harta Negara untuk kepentingan-kepentingan pribadi!,” ucap Achongs geram melihat Pejabat yang selalu menyengsarakan rakyat.
“Sekali lagi saya mohon tolong saya Dik, jangan lakukan itu!,” ucap Bapak Walikota dengan nada yang memelas dan menyesal.
Gotapi bersuara lagi.
“Bapak Walikota yang saya hormati, pernahkah Bapak berfikir tentang penderitaan rakyat pernahkah Bapak tau penderitaan yang di derita oleh rakyat kecil. Rakyat yang selama ini Bapak pimpin, mereka semua sengsara akibat kebijakan yang Bapak berikan. Mereka menderita akibat Pemimpinnya hanya mementingkan diri sendiri mereka sangat sedih akibat Pemimpinnya tidak memperdulikan nasib rakyatnya, bahkan cenderung menindas dan berbuat sewenang-wenang.
Hari ini kami tau semua hari ini kami mendapat bukti bahwa Bapak adalah seorang Pemimpin yang memiliki mental seorang Koruptor. Apakah kami harus membiarkan hal ini?, apakah kami para manusia-manusia yang menjadi tumpuan terakhir rakyat kecil ini membiarkan penghianatan yang terjadi di depan mata kepala kami sendiri. Apakah kami harus diam!.
Sebenarnya saat ini anda tertangkap basah oleh kami, dan saat ini anda cuma memiliki satu pilihan, yaitu tobat! baik dihadapan Allah ataupun dihadapan rakyat. Dan kalau anda benar-benar ingin berjuang untuk rakyat dan mempertanggungjawabkan amanah yang diberikan rakyat, detik ini juga kami minta bukti, mudah–mudahan kami dapat mempertimbangkan kembali apa yang mesti kami perbuat untuk Anda.
Coba bapak pahami untuk apa sih uang hasil korupsi itu. Udah haram apalagi dipakai untuk makan, malah merusak anak-anak kita menjadi bandel dan melawan orang tua. Akibatnya keluarga juga kerjaannya juga Cuma ribut melulu, belum lagi kalau-kalau uang kita di curi atau dirampok orang. Coba pikir akibatnya uang itu hanyalah sebut kebahagiaan semu, kenikmatan sesaat bahkan kadang-kadang merusak diri kita. Membuat kita tidak memiliki hati nurani dan jiwa sosial sebab semuanya telah tertutup oleh hawa nafsu dan dosa, dan mengotori kesucian hati kita.
Dan satu hal yang harus Bapak ingat...!, kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan dimana kita melihat diri kita dapat membantu meringankan penderitaan orang lain, dimana orang-orang yang miskin dan sengsara dapat terangkat derajat kehidupannya. Kebahagiaan dimana kita dapat memberikan keadilan pada rakyat, dan dapat mensejaterakan seluruh masyarakat. Dan kebahagiaan tersebut tidak hanya kita dapatkan di Dunia di Akhirat setelah kita mati pun kebahagiaan ini akan menjadi berlipat-lipat ganda di hadapanAllah. Sebab Tuhan sangat menghargai tindakan itu.
Coba renungkan, inilah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang harusnya kita cari dan kita butuhkan dalam hidup ini!,” ucap terakhir dari kalimat Gotapi dengan nada tenang, lembut, dan mengharukan.
Langit pun terasa mendung hari itu. Kucing-kucing mencari tulang ikan di sela-sela tong sampah. Cahaya menyinari wajah seorang manusia yang tertunduk malu dihadapan Tuhan dan Rakyatnya,. Hawa nafsu telah menjadi pemimpin kebanyakkan manusia di Dunia ini, dan takada yang dapat menghancurkan kecuali karunia Tuhan sang Pencipta Alam semesta.
Bapak Walikota pun hanya terdiam diantara kumpulan orang yang berjuang untuk rakyat. Jiwa manusia terhanyut dibawah alam sadar, halusinasi Duniawi menerbangkan manusia pada pesona keindahan yang tergapai. Menyesatkan manusia pada dimensi keraguan yang semu, hingga tertunduk dibawah kotoran debu.
Bapak Walikota pun tak mampu menahan ketena-ngan dan cahaya Ilahi yang merasuki jiwa raganya, mengajak tuk menggapai keadilan dan kebenaran. Akhirnya terucap lah kata dari Bapak Walikota.
“Maafkan lah saya, mungkin ini semua akibat dari dosa-dosa saya terhadap rakyat selama ini, saya rela menanggung semua!,” ucap Bapak Walikota menyesali perbuatannya.
“Sebenarnya kami bisa mengabulkan permintaan Bapak tetapi dengan syarat!,” ucap Gotapi kepada Bapak Walikota.
“Apakah itu benar, syaratnya apa?,” ucap Pak Walikota tidak percaya.
“Kami semua telah sepakat..., syaratnya yaitu. Bapak Walikota harus memberikan harta yang Bapak miliki sebesar satu milyar. Kepada orang-orang Miskin, anak-anak Jalanan, Pengemis, Fakir miskin, dan digunakan untuk biaya sekolah, usaha dagang, dan mengembalikan kesejahteraan warga masyarakat yang tinggal di daerah-derah kumuh. Kemudian selanjutnya Bapak Walikota harus berjanji sisa masa jabatan Bapak harus digunakan semaksimal mungkin untuk memberikan keadilan dan kesejahteraan pada masyarakat di kota ini!,” ucap Gotapi dengan expresi serius, lantang dan berwibawa.
“Baik saya siap, saya pun berjanji tidak akan korupsi lagi. Bukan hanya sisa masa jabatan saja tetapi sisa hidup saya akan di pergunakan untuk mengabdikan diri dan membantu para fakir miskin di Kota ini!,” ucap Bapak Walikota berjanji kepada seluruh ketua BEM dan anak-anak tongkrongan Daud.
Dan kali ini para ketua BEM bisa tersenyum bahagia.
“Alhamdulillah Ya. Allah, engkau telah memberikan hidayah kepada salah seorang pemimpin kita. Kuatkan lah dia untuk selalu istiqomah dijalan yang Engkau ridhai yaitu jalan menuju keadilan dan kebenaran Ilahi. Hindarkan dia dari segala tipu daya Setan dan Hawa nafsu. Amin!,” ucap salah seorang ketua BEM mengakhiri Do’a-nya.
“Bapak Walikota, detik ini juga kami akan mengembalikan seluruh uang yang pernah Bapak berikan kepada kami!,” ucap seorang pembicara dari BEM.
Kemudian setelah itu anak-anak langsung mengembalikan uang yang telah di berikan Bapak Walikota sebagai suatu bentuk penyuapan untuk mematikan gerakan Mahasiswa.
Dan setelah semuanya selesai Gotapi beserta anak-anak tongkrongan Daud dan para ketua BEM pun meminta izin pulang. Ketika mereka sedang menuju angkutan kota, Gotapi pun memberi kesimpulan terakhir tentang diplomasi radikal.
“Temen-temen semua., setelah temen-temen melewati proses beberapa hari ini, saya tidak perlu lagi menjelaskan lagi konsep “Diplomasi Radikal” yang pernah saya tawarkan tempo hari. Tetapi kalian semua bisa menyimpulkannya dan memahami sendiri tentang konsep tersebut, dan ingat! jangan pernah melakukan ini kecuali dengan perhitungan yang matang dan mental yang kuat!.”
Dan keesokan harinya terjadi berita dikoran yang menghebohkan masyarakat Kota, tentang aksi sosial Bapak Walikota. Gotapi dan anak-anak tongkrongan Daud cuma bisa duduk santai dan menyaksikan hal itu dengan senyuman bahagia!.
No comments:
Post a Comment