Kolong jembatan tempat Ato terduduk di atas kardus menebarkan bau sampah, kotoran anjing, air comberan, dan hawa panas menyengat seperti dipanggang di atas penggorengan. Kaos oblong bercampur debu dan tanah melekat di atas kulit Ato yang hitam pekat. Bau tubuh Ato seperti bangkai tikus karena selama berminggu-minggu tak pernah menyentuh air bersih.
Ia terbangun dengan wajah kusam, mirip Mumi atau mayat yang bangkit kembali. Matanya menatap alam liar yang sama sekali tidak indah untuk di pandang. Tumpukan sampah berwarna-warni. Hamparan tanah kotor dan becek di hiasi aliran kali berwarna coklat kehitam-hitaman bercampur buangan sampah yang menyebarkan aroma tidak sedap. Itulah atap rumah yang ia tau selama hidupnya.
Anak tujuh tahun itu sama sekali tidak tau siapa Ayah dan Ibunya. Yang ia tau dari Ibu asuhnya Ma eroh, Ia di temukan di kolong jembatan saat masih merah penuh darah bersama tali puser yang belum terpotong. Ma Eroh bilang Ia sangka dia sudah mati, tapi aneh nya ketika Ia menyentuh tubuhnya. Si Ato yang masih bayi mengeluarkan tangisan, dan seterusnya Ma Eroh lah yang membesarkannya dengan susah payah. Mungkin itu informasi terakhir yang ia tau sebelum Ma Eroh menghembuskan nafas terakhir karena usianya sudah terlalu tua. Dan yang selama ini Ato tau untuk bertahan hidup hanya dengan cara meminta-minta. Kalau gak dapet terpaksa dia harus makan sampah dan minum air comberan.
Bocah kecil itu hidup di sebuah peradaban yang mencekam. Terdengar suara bising dari besi-besi mengkilat di atas jembatan. Siang ini Ato masih terduduk lemah di atas kardus coklat muda bercampur pasir. Bola matanya menatap ke ujung kota. Terlihat di sana pohon-pohon pencakar langit berjejer rapi. Kemegahan pohon kaca itu seolah-olah menertawakan dirinya setiap pagi. Belantara kota Jakarta memang tidak pernah perduli pada nasib dirinya.
Harimau coklat aparat selalu menjadi musuhnya setiap hari. Pukulan pentungan petugas PoolPP menjadi kenangan sendiri setiap minggu. Di tambah lagi Srigala-srigala kampung yang kerjanya menodong dan mencuri menjadi ancaman baginya setiap hari. Malah ada temannya yang pernah di sodomi oleh mereka. Alam kehidupan ini membuat dirinya harus bersikap keras dan garang. Sebab tak ada seorang pun yang dapat ia percaya selain Ma Eroh yang sudah meninggal.